Jumat, 07 Agustus 2009

Wisata Subang Tak Hanya Ciater


Subang punya potensi wisata yang kuat, dari dulu kaeawasan Ciater dengan Sari ater dan Tangkuban Perahu yang berbatasan dengan kawasan Lembang Banding selalu jadi tujuan utama wisata. Ternyata di sepanjang jalan dari Subang kearah Ciater ada beberapa jalan ke arah tempat wisata yang bisa jadi alternative kunjungan anda. Seperti desa wisata Sari Bunihayu, di kecamatan Jalancagak. Sebuah komplek wisata dengan fasilitas Villa, Restaurant, Pemancingan, Play Ground, dan Arena Outbound. Tempat ini menawarkan paket wisata edukatif bagi anak-anak Nyukcruk Galur Mapay Lembur, sebuah kegiatan wisata sambil belajar mengenal peralatan dan rumah adapt tradisional sunda, serta bercocok tanam di sawah. Ada juga paket untuk Teawalk, dan Outbound.

Di daerah Jalancagak, terdapat beberapa sentra industri kecil olahan nanas menjadi makanan-makanan seperti odol, selai dan lain-lain yang layak dijadikan oleh-oleh. Nanas memang merupakan komoditi andalan yang banyak dihasilkan kabupaten Subang. Masih di wilayah Jalancagak juga ada tempat wisata Djati Mas, yang berada di bukit yang tinggi, di tempat ini dibangun villa-villa berbentuk panggung hutan jati mas. Di kawasan ini anda bisa mencoba ber adventure menggunakan kendaraan ATV, berkuda, atau bermain Outbound dan bermain Flying Fox. Dari kawasan Djati Mas, anda juga bisa melanjutkan perjalanan menuju Situ Cigayonggong. Sayangnya akses kendaraan umum kearah kawasan-kawasan ini masih sulit didapat.

Daftar Hotel dan Penginapan di Subang

Hotel & Bungalow Sari Ater
Bungalow Rate
Rp 950-4,3 juta
Room rate Hotel
500-700 ribu

Hotel Diamond
Jln. Oto Iskandardinata No. 18
Telp. (0260) 416448
60-360 ribu

Hotel Panglejar
Jl. Sutaatmaja No. 44 Subang
Tilp. 0260-411835
Room rate : Rp 60-150 ribu

Hotel Pondok Dewi
Jl. Otto Iskandardinata No. 342 Subang
Tilp. 0260-411635
Room rate : Rp 60-150 ribu

Hotel Sederhana II
Jl. Letjen Suprapto (Gang Asem) No. 4 Subang
Tilp. 0260-411823
Room Rate : Rp 65-120 ribu

Pondok Lembah Gunung Kuring
Jl. Raya Gunung Tua No 11 Km 8, Cijambe, Subang
Telp. 0260-7422771
Fax : 0260-7422851
Room Rate : 350-450 ribu

Desa Wisata Sari Bunihayu
Jl. Patinggi No 1 Ds Bunihayu Kec Jalancagak, Subang
Telp. 0260-470580
Fax 0260-471749
Harga sewa Villa
350 ribu-1,1 juta.

Daftar Tempat Makan Enak di Subang

Rumah Makan Mang Yeye
Alamat : Jalan Raya Kalijati-Subang
Telp. 0260 – 462377

RM Warung Kebon
Jln Raya Pagaden Kmp. Haramay No. 148
Telepon 081 568 611 78

Rumah Makan Tahu Coel Ponyo
Jl. Raya Cijambe Km 9,5 Subang
Telp 0260 7422786

RM Nangka
Jl Raya Subang-Ciater
Desa Cijambe RT 24/6, Kampung Lempar, Kecamatan Cijambe, Subang.

Resto Ayam Paska "Ellen"
Jl. Jend. A Yani, Subang

Mak Pinah
Jl. Raya Mundusari Timur Km 4
Pamanukan - Subang
PH : (026) 555-134

Sate Pesisir
Jl Letjen Suprapto, Pujasera, Subang

Menikmati Kesederhanaan yang Memikat di Subang

Wilayah kabupaten subang secara geografis membentang dari kawasan dataran tinggi, hingga ke pesisir, hal ini membuat Subang kaya akan pesona alam. Tak hanya itu, pesona kuliner Subang juga tak kalah memikat. Menu-menu khas Pasundan seperti Ayam Kampung Goreng, Karedok, Leuncah , Pepes atau aneka olahan ikan air tawar seperti Ikan Mas, Nila, dan Gurame Bakar, yang disajikan sederhana di tempat yang juga sederhana seperti RM Mang Yeye, dan RM Nangka . Sop Ikan Gurame yang hangat dan segar di Sangkuriang Resto, ataupun sajian Etong Bakar dari Ma’ Pinah di kawasan pesisir Pantura, adalah beberapa menu yang wajib anda coba saat bertandang ke Subang.

Rm Mang Yeye

Seperti halnya di Purwakarta, Pengusaha rumah makan di Subang, terutama yang terletak di Jl.Utama yang menuju Bandung, banyak merasakan dampak dari pengoperasian jalan Tol Cipularang yang menyingkat akses jalan dari Jakarta ke Bandung. Namun hal tersebut nampaknya tak berlaku bagi RM Mang Yeye, milik H. Yahya RM. Mang Yeye terletak di lintasan jalan raya Kalijati–Subang, Rumah makan dengan luas 1000 m2 ini mampu menampung sekitar 250 orang pengunjung. Rumah makan ini banyak dikunjungi oleh tamu yang tak hanya dari Subang tapi juga dari luar kota, karena letaknya memang berada di jalur utama yang menghubungkan Subang dengan Purwakarta dan Cikampek, kendaraan dari Jakarta yang akan menuju subang biasa melewati tempat ini.

Letak RM Mang Yeye yang mipir sawah, memang membuatnya menjadi tempat peristirahatan yang menarik karena suasananya yang nyaman, dengan semilir angin sawah yang bebas menyapu ke tempatmakan berbentuk saunng semi terbuka. Menu yang di tawarkan Mang Yeye cukup banyak, ada Sate, Gurame Bakar, Pepes dan menu yang jadi andalan adalah Ayam Goreng, dan Karedok, serta minumannya Es Kelapa Muda.

Ayam Goreng Mang Yeye, tampil biasa saja digoreng tidak terlalu kering dan disajikan dengan sambal lalapan biasa yang terbuat dari tomat, cabe rawit, bawang, gula, garam, dan sedikit penyedap. Dalam sehari rata-rata Mang Yeye membutuhkan 100-150 ekor ayam kampung dan meningkat 200-250 ekor saat akhir pecan.

Ketika ditanya apa keistimewaan Ayam Gorengnya sehingga begitu laku, Pak Yahya juga mengaku tidak tahu. “ Mungkin karena asli ayam kampong semua, bumbu-bumbunya juga alami semua, numbuk sendiri, sama sekali tidak pakai bumbu instant”, ungkap bu Yahya. Menurutnya, proses pengolahanya pun biasa saja, bumbu berupa Lengkuas, Kunyit, Jahe, Ketumbar, Bawang Putih, Asam Jawa, Gula dan Garam dihaluskan lalu direbus, setelah mendidih masukkan ayam yang telah dipotong dan dibersihkan, diungkep bersama hingga matang.

Karedoknyapun biasa saja, sama seperti Karedok pada umumnya, bumbunya kencur, cabe rawit, bawang putih, dan kacang tanah yang diulek dengan isi Kol, Kacang Panjang, Toge, dan Timun Mentah. “ Dari dulu Karedok mah, yah begitu saja bumbu dan isinya, dan kita juga baru olah saat ada yang pesan”, ungkap H. Yahya. Satu menu lagi yang banyak diminati disini adalah Pepes Belut, namun sayangnya pasokan belut sering

Sulit didapat saat musim panas, sehingga menu ini seringkali tak banyak tersedia.

Keaslian dan kesederhanaan nampaknya yang jadi kekuatan RM Mang Yeye. “ Dulu saya cuma jualan Karedok saja sama Es Kelapa di pinggir jalan, Alhamdullilah sekarang bisa berkembang seperti ini”, ungkap Pak Yahya. Saat menambah menu, Pak Yahya juga mengaku tidak berani menawarkan sesuatu yang tidak Ia kuasai. “ Kita bikin yang kita tahu dan kita bisa, Ayam Goreng seperti yang biasa kita masak di rumah, Gurame kalau di tempat lain ada asam manis dan sebagainya, disini cuma Gurame Bakar biasa, karena saya nggak bisa masak yang macam-macam” ungkapnya.

Ketika ditanya berapa rata-rata jumlah pengunjung perhari, Pak Yahya mengaku tak pernah menghitungnya, namun ia memperkirakan sekitar 400 orang saat akhir pekan. “ Kalau satu orang kita rata-rata habiskan 20 ribu, berarti sehari-semalam bisa 400 orang, karena omset saya siang sampai sore saja sekitar 5 juta, belum yang malam”, ungkap Yahya. Rumah makan ini memang buka 24 jam, namun saat malam hari menu-menu segar biasanya sudah tidak ada. “ Kalau malam paling ada ayam goring, sama pepes”, ujarnya.

RM Nangka.

Kesederhanaan serupa akan kita temui di RM Nangka yang terletak di pinggir jalan Subang kearah Bandung, persisnya di Desa Cijambe RT 24/6, Kampung Lempar, Kecamatan Cijambe, Subang.

Sejak pukul 8 pagi, rumah makan ini sudah buka, dan makin siang makin ramai dikunjungi pembeli. Rumah Makan Nangka ini sangat sederhana. Hampir seluruh bangunannya terbuat dari kayu-kayu bambu. Suasana asri dan bersahaja bisa kita temukan di tempat ini. Posisi rumah makan yang berada disisi tebing, sehingga dari bagian belakang RM ini, kita bisa melihat pemandangan alam kearah bawah.

Yang unik dari tempat ini, adalah bagian dapur terletak di bawah tempat makan, menjorok ke tebing, dan untuk menaikkan menu yang disiapkan di bawah ataupun membawa piring kotor dari atas untuk dicuci di bawah, digunakan semacam lift sederhana yang dibuat dari mesin pompa air yang rusak yang direnovasi sedemikian rupa, sederhana dan unik.

Penyajian menu-menunya disajikan secara prasmanan (buffet). Ditengah ruangan dari rumah makan tersebut, disediakan etalase yang terbuat dari kaca dan kayu yang didalamnya berisi aneka macam menu. Menu yang tersedia antara lain, nasi timbel, nasi bakar, aneka pepes mulai ikan nila, ayam, dan tahu, ikan baker, ayam baker, empal, tahu, tempe hingga buntil tersedia disana, tak ketinggalan pula sayur asem nan segar. Pembeli yang ingin menikmati menu yang mereka inginkan, tinggal mengambilnya saja.

Beberapa menu seperti Karedok dan Sate, baru dibuat saat ada yang memesan, oleh karyawan yang mengenakan busana khas pasundan ala Kabayan dan Nyi Iteung. Menu yang favorit disini menurut H. Anda, salah seorang pemilik tempat ini, adalah Ikan Nila Bakar, dan Nasi Bakar. Nasi Bakarnya dibungkus daun pisang memanjang seperti timbel dan lontong. Warna nasinya agak kehijauan. Rasanyanya pun beda. gurih seperti nasi uduk, ditambah aroma dari daun pisang yang terbakar membuatnya makin memikat.

Untuk menemaninya anda bisa memilih sambal kacang yang dicampur dengan ikan teri. Rasanya pedas dan sedikit manis. Anda juga bisa mejajal Pepes Ikan Nila, Tahu atau Ayam. Pun harganya sangat tidak terlalu mahal. Pepes Tahu sepotong harganya hanya Rp 2.500. Yang tak kalah menarik adalah Ikan Nila Bakarnya, ikan nila yang digunakan paling besar hanya berukuran setelapak tangan, meski demikian rasanya cukup istimewa apalagi ketika dicampurkan dengan Sambal Jahe dan Kecap dan sedikit Jeruk Nipis.

Dari arah kota Subang, sebelum RM Mang Yeye, ada juga tempat yang menarik untuk dikunjungi, yakni Lembah Gunung Kujang, di Jl Raya Gunung Tua, Cijmabe KM 8. Tempat ini adalah kompleks wisata pemancingan terpadu yang dilengkapi restoran, penginapan ekslusif dan ruang serba guna.

Jalur Subang-Ciater-Lembang ini dapat ditempuh dengan kendaraan umum jenis Elf jurusan Subang-Bandung. Di sepanjang jalur ini, anda bisa menikmati panorama yang indah dan udara yang sejuk, beberapa rumah makan besar seperti RM Abah masih menampakkan sisa-sisa kejayaannya saat jalur ini masih jadi jalur utama yang jadi pilihan kearah Bandung, sebelum ada Tol Cipularang.

Sangkuriang Resto

Pada KM 11, Ada satu tempat yang layak anda Singgahi untuk di jalur ini, yaitu Sangkuriang Resto, yang mengususng tagline “Ahlinya Sup Ikan Subang”. Tempatnya sangat nyaman untuk beristirahat, berbentuk saung-saung dan terletak di tepi sawah dengan pemandangan bukit-bukit di belakangnya.

Menu yang ditawarkan cukup beragam ada Sup Ikan Gurame, Nila dan Ikan Mas. Ada juga Sup Ayam, Daging, Buntut, Hingga Sup Jagung Ayam dan Kepiting. Selain Ikan Mas, Gurame, dan Nila juga ditawarkan dengan pilihan olahan Bakar, Bumbu Cobek, Acar Kuning Asam Manis dan Goreng Renyah Pedas. Ada juga macam-macam olahan dari Ayam, serta Seafood Udang dan Cumi.

Dari aneka menu yang ditwarkan, sesuai Tagline nya, Sangkuriang Resto menagandalkan Sup Ikan. Menurut Erwin Saleh, Manager Operasional Sangkuriang Resto, tempat ini sajian utamanya memang mengandalkan olahan ikan, karena menurutnya Ikan air tawar di Subang punya banyak keistimewaan “ Rasanya beda, dengan ikan dari waduk seperti Jatiluhur, dan Cirata, ikan di Subang dikembangkan dalam air deras, sehingga tidak bau lumpur”, ungkapnya.

Ikan yang dikembangkan dalam air deras ini bentuk tubuhnya cenderung lebih memanjang karena banyak bergerak, sedangakan ikan yang dikembangkan di air diam cenderung lebih pendek. “ Kami juga tidak pernah menyimpan ikan dalam Refrigerator, kami sediakan kolam khusus untuk ikan hidup, dan baru diambil dan diolah saat ada pesanan, jadi dijamin fresh”, imbuhnya.

Sup ikan yang paling diminati adalah Sup ikan Gurame dan Nila, karena dua jenis ikan ini tidak banyak duri halus di tubuhnya, tidak seperti Ikan Mas. Yang istimewa dari Sup Ikan disini adalah menggunakan Kecombrang, atau biasa disebut Honje oleh masyarakat setempat. Kecombrang adalah sejenis tumbuhan semak yang tingginya mencapai 5 meter. Buahnya mirip nanas, berujung runcing dan keras kulit luarnya. Rasnya asam, segar dengan sedikit aroma khas seperti Jahe. Penggunaan Kecombrang membuat Sup Ikan terasa lebih segar dan hangat.

Jika ingin sesuatu yang crispy untuk melengkapi, Ikan Balita kecil-kecil yang digoreng kering dengan cocolan tomat bisa jadi pilihan. Gurame Acar Kuning yang gurih juga bisa jadi pilihan yang patut dicoba. Selain menunya yang istimewa, tempat ini juga menawarkan suasana yang nyaman, selain pemandangan dan udaranya, suara gemiricik air, dan kolam-kolam berisi ikan-ikan besar yang sangat jinak dan bisa disentuh sambil diberi makan, merupakan hiburan tersendiri bagi pengunjung. Sangkuriang Resto juga menyediakan jasa pijat dari seorang pemijat tuna netra, dan fasilitas Hot Spot Wi-fi.

Jika di kawasan dataran tinggi Subang, menu berbasis ikan air tawar paling banyak ditawarkan, di Kawasan Pesisir Subang yang berbatasan dengan Indramayu, Seafood khas Pantura seperti Etong Bakar jadi menu Favoritnya. Etong adalah sejenis ikan ayam-ayam berkulit keras namun memiliki daging yang lembut dan nikmat, kulitnya yang keras bisa dikelupas untuk mendpatkan dagingnya saja, salah satu Rumah Makan yang terkenal mengusung menu ini adalah Ma’ Pinah, yang cabangnya juga ada di Jl. Kapten Tendean, Jakarta.

Jajanan Malam di Kota Subang

Kota Subang , adalah kota kecil, yang pusat keramaiannya, ada di sekitar alun-alun kota, sekitar gedung Wisma Karya, dan Pujasera di Jl. Letjen Suprapto. Di sekitar Gedung Wisma Karya ini, saat dikunjungi Info Kuliner tengah ada pameran Flora, yang terlihat antusias disambut warga kota kecil ini. Disekitar tempat ini kita bisa temui, ibu-ibu pedagang Ketan Bakar yang tak berjualan menetap. Ketan Bakar ini disajikan dengan Sambal Oncom.

Yang disebut kawasan Pujasera di Subang ternyata hanya sebutan untuk komplek ruko yang di belakangnya ada pasar. Dulu katanya tempat ini memang dicanangkan menjadi pusat jajan serba ada, namun pada perkembangannya menjadi sepeti itu. Meski demikian Jl. Letjen Suprapto, depan Pujasera ini tiap malam memang selalu ramai oleh pedagang kaki lima, dari nasi uduk, Martabak, Sate, Bubur ayam, hingga Bandrek Susu.

Beberapa yang terkenal dan laris adalah, Martabak yang dijual diatas Mobil bak, Bubur ayam Panglejar dan Ayam Panggang di depan kantor Pegadaian, Bandrek Susu dan beberapa pedagang Nasi Uduk di deretannya, serta Sate Pesisir, yang menjual Sate dan Sop daging Sapi.


Mbah Surip dan Media Massa yang Berlebihan


Bahwasanya Mbah Surip adalah seorang seniman yang patut diberi apresiasi, sebagian besar orang pasti setuju. Cukup lama berkelana dan berkarya di beberapa komunitas seni, pentas dari panggung ke panggung dalam skala kecil, di komunitas, kampus, hingga kelurahan. Baru beberapa bulan terakhir popularitas beliau naik pesat, setelah lagunya “Tak Gendong”, direkam ulang dengan irama regae, dan dibuatkan video klip. Sebuah lagu yang dulu saat saya masih kuliah sekitar tahun 2001-2002, pernah saya dengar saat beliau manggung di kampus Lenteng Agung.

Meninggal dalam puncak popularitas, tanpa diawali adanya berita tentang sakitnya Mbah Surip, membuat banyak orang terkejut, dan tentunya menarik untuk diberitakan. Tak ayal, media massa nasional berbondong-bondong memberitakan hal ini. Namun tidakah anda merasa berita soal Mbah Surip jadi berlebihan…..?

Hari selasa, saat mbah surip dikabarkan meninggal dunia, pesawat Tv di kantor langsung dapat perhatian lebih dari semua penghuni kantor, tak kecuali saya. Status Facebook teman-teman tiba2 banyak yang mengatakan “ Selamat jalan Mbah Surip”. Seluruh stasiun TV pun memberitakannya tiada henti, tentu bisa dipahami alasanya. Hari itu kebetulan di kantor, rekan-rekan yang bergerak di media hiburan, dan gaya hidup, tengah masuk deadline, karena ada kabar baru, pasukan pun segera dikerahkan, space sebuah rubric tetap harus mengalah, dan teman-teman Layout pun harus menunggu laporan tentang Mbah Surip selesai di tulis. Ok, bagus kita tidak kalah up to date.

Hari berikutnya, di rumah dari pagi buta hingga tengah malam, di TV berita soal Mbah Surip tak kunjung berhenti, lama-lama jadi bikin bosan juga….ditambah lagi, banyak media yang mencoba mengambil sisi lain dari berita meninggalnya Mbah Surip, sisi yang paling banyak disoroti adalah Uang hasil karya Mbah Surip. Gawatnya, sepertinya karena berlomba jadi yang paling cepat dan ekslusif, media jadi tidak sempat menyaring dan memperoleh data yang benar.

Hasil penjualan RBT yang dilansir banyak media adalah 4,5 Milyar, namun ada juga yang mengatakan 8,2 M, dari mana angka tersebut, kenapa bedanya jauh banget, entahlah.. Seorang rekan yang memang secara dadakan diminta liputan dan menulis soal Mbah Surip, sepertinya mencoba memperkaya tulisannya dari data-data sekunder yang didapat dari internet, dan menuliskan hasil penjualan RBT Mbah Surip mencapai 8,2 M, tanpa dijelaskan dari mana data tersebut, hanya “kabarnya”, bagian kecil tulisan yang jadi pengaya itu dianggap hal paling menarik dan diangkat jadi judul besar.

Di televisi, TV One mencoba menghadirkan pengamat musik Bens Leo, Menurut Bens, jika dihitung dari harga jual RBT tentu sangat besar, tapi setelah dibagi-bagi hak masing-masing puhak dari penjualan RBT tersebut, sang artis kira-kira menerima sekitar Rp 300,perdownload, dan biasanya dibayar per 3 bulan. Soal angka yang diperoleh Mbah Surip, tentu harus ditanyakan ke pihak label, yang memperoleh laporan dari provider.

Sebuah stasiun televisi lain mengambil pihak Falcon Record sebagai nara sumber, menurut pihak Falcon Record, Nilai penjualan RBT Mbah Surip hanya sekitar 1 M.
Media juga, terlalu tergesa saat menceritakan masa lalu Mbah Surip, ada yang mengatakan pernah kerja di berbagai bidang di luar negeri, tapi sumber yang lain membantahnya. Sah-sah saja memang, tapi bukankah lebuh bagus keterangan yang berbeda ini disajikan bersamaan, atau dicari tau kebenarannya dengan klarifikasi ke berbagai pihak yang kenal baik Mbah Surip. Bukan satu media bilang demikian, lalu media yang lain bilang tidak.

Soal rambut Gimbal, Tony Q, rastafara dari komunitas bulungan, ketika diwwancara sebuah stasiun TV, bilang Mbah Surip mulai bergaya Regae dan gimbal belum begitu lama (memang benar kalao soal musik dan aransemen baru lagunya, tapi tidak rambutnya). Tapi teman Mbah Surip yang lain dari komunitas Pasar Seni Ancol mengatakan Ia yang membuat rambut Mbah Surip gimbal sejak tahun 96 an.

Perkembangan pemberitaan Mbah Surip selanjutnya makin lebar, dari soal pemakanam keluarga dari Mojokerto yang cepat pulang ke Mojokerto (ini sempat membuat putra Mbah Surip Marah, karena keluarga besarnya terganggu awak media), tahlilan di Tebet, beberapa komunitas di berbagai daerah yang membuat acara mengenang Mbah Surip, bahkan ada yang beritakan soal Hantu Mbah Surip yang katanya muncul, wakakakakak…. Makin aneh dan ngawur saja..

Tak hanya berita, dan Infotainment, berbagai acara TV yang live maupun tapping di televisi kita selalu bertema Mbah Surip.., semua pengisi acara yang hadir ditanya soal Mbah Surip, bahkan artis muda dari Malaysia,Daffi, yang mungkin baru tau sedikit Mbah Surip juga ditanya komentarnya. Semua Infotainment, meminta pendapat artis soal Mbah Surip,…, sama seperti saat Michael Jackson meninggal, lagu tak gendong tak henti berkumandang melatari pemberitaan-pemberitaan tersebut.., tawa ha…ha… haa.. I love u Full, jadi makin sering ditirukan. Semua mengenang Mbah Surip dengan tertawa.., mungkin acara-acara seperti ini laku dijual, ternyata kematian juga telah menjadi komoditi yang bisa dijual.


Tadi malam, 6 Agustus 2009, sastrawan dan budayawan WS Rendra, juga dikabarkan meninggal dunia. Hal ini saya pikir juga akan segera mendapat perhatian media, dan mengalahkan pemberitaan soal Mbah Surip, karena Rendra jauh lebih lama dikenal public dariada Mbah Surip. Ternyata tak sepenenuhnya benar, pemberitaan soal kematian Rendra memang jadi perhatian media, namun tak sebesar Mbah Surip, hari ini semua acara Infotainment masih bertema Mbah Surip, yang beberapa diantaranya sudah ditambah dengan berita Rendra, atau sekedar dihubung-hubungkan, karena Mbah Surip dimakamkan di dekat rumah Rendra. Tapi tak apalah, semoga kematian WS Rendra lebih dikenang dan diapresiasi karyanya secara wajar, tapi tidak dijadikan komoditi untuk dijual.

Kamis, 06 Agustus 2009

Menikmati Aneka Pepes di Parisdo Walahar




Bendungan Walahar terletak di Desa Walahar, Kec. Klari, Kab. Karawang. Dulu, oleh masyarakat setempat lebih populer disebut Bendung Parisdo. Termasuk bangunan warisan Belanda yang berfungsi sebagai penahan banjir saat Sungai Citarum meluap, sekaligus pengatur air irigasi untuk mengairi sekitar 90.000 hektare sawah di Kab. Karawang. Bendungan ini dibangun sejak 1918 dan rampung tahun 1925, dan mulai beroperasi sejak 28 November 1925.

Untuk mencapai tempat ini, Dari tol Jakarta-Cikampek, anda bisa keluar di Pintu Tol Karawang Timur, kearah Klari, lalu dari Kopel, dekat wilayah eks pabrik Texmaco, masuk ke kanan, ikuti jalan tersebut hingga terlihat kawasan Bendungan. Jika menggunakan kendaraan umum, dari arah kota Karawang anda bisa naik angkutan umum dan turun di Kopel, dari Kopel, perjalanan harus dilanjutkan dengan Ojek dengan biaya Rp 4.000-5.000, karena tak ada angkutan umum kearah Bendungan Walahar.

Fungsi utama Bendungan ini memang sebagai penampung dan pintu pengatur air Sungai Citarum untuk irigasi. Namun selain itu, Bendungan Walahar juga berfungsi sebagai jembatan yang memperlancar lalu lintas warga dan sebagai objek wisata.

Bangunan kuno peninggalan Belanda berusia 84 tahun ini, berdiri kokoh memotong Sungai Citarum. Di sebelah hulu (atas) jembatan, air Sungai Citarum tampak menggenang tertahan pintu bendungan, menciptakan danau dengan air yang terlihat tenang. Sementara di sebelah hilir (bawah), terlihat terjunan air dengan suaranya yang khas. Jika dedit air sedang tinggi, ribuan butir kecil air yang timbul akibat air terjun, kadang terbawa terbang oleh tiupan angin dan menerpa wajah pengunjung.

Sejak lama Bendung Walahar sering dijadikan tempat nongkrong oleh muda-mudi, saat sore hari. Apalagi saat bulan Ramadan, Parisdo Walahar adalah objek favorit orang ngabuburit.

Para pengunjung biasanya menikmati pemandangan kiri-kanan bendungan dari atas jembatan berbentuk lorong panjang yang tiap sisinya dilengkapi pagar pengaman yang kokoh, atau dari sisi jembatan yang menghadap bagian hilir Bendungan. Namun salah satu pintu air Bendungan, saat ini sedang dalam proses perbaikan, karena Jebol pada bulan Maret lalu.

Setidaknya dalam tiga tahun terakhir ini, di tengah lesunya pantai-pantai wisata di Pantura yang tergerus Abrasi, dan kurang tertata. Parisdo Walahar menjadi magnet baru wisata di Karawang. Tiap Sabtu-Minggu, serta masa liburan, Walahar selalu ramai pengunjung. Mereka tak hanya datang dari daerah-daerah di Kab. Karawang, tapi juga berasal dari daerah tetangga Karawang, seperti Purwakarta, Subang, Bekasi, bahkan Bandung dan Jakarta.

Di sisi jalan sepanjang saluran irigasi tersier yang airnya berasal dari limpahan Bendungan walahar, para pedagang menggelar lapak menjajakan beragam barang

dari air kemasan, kelapa muda, sate maranggi, hingga penjual sepatu, kaus, dan aksesori dari kulit.

Selain tertarik oleh Bendungan dan suasana alam, daya tarik Bendungan ini makin terdorong dengan semakin terkenalnya pepes jambal Walahar, milik pengusaha warung makan H. Dirja. Pepes Walahar H. Dirja, yang berada di belakang area Bendungan, sehingga kini harus melintasi Bendungan yang juga berfungsi sebagai jembatan. Namun jembatan ini hanya bisa dilewati satu jalur kendaraan roda empat, karenanya harus bergantian jika ada kendaraan dari arah berlawanan yang juga akan melintas.

Menurut penuturan Ibu H. Dirja, Ia dan suaminya telah menjual aneka pepes di Bendungan Walahar sejak tahun 1984. Selain Pepes Jambal, H. Dirja juga menjual Pepes Ayam, Pepes Oncom, Pepes Tahu, Pepes Teri, Pepes Peda, Pepes Ikan Mas, Ayam Bakar Kampung dan Ikan Bakar. Dari sekian jenis menu yang ditawarkan, Pepes Jambal, Pepes Ayam, dan Pepes Jamur adalah yang paling banyak diminati. Dalam sehari rata-rata 50 Kg jambal, dan 100 ekor ayam, dihabiskan rumah makan ini. “ satu ekor ayam jadi 4 bungkus pepes, kalau satu kilo jambal bisa jadi 6-7 potong”, ungkap Bu H. Dirja.

Harga jual pepes jambal, Rp 4.000, dan Pepes ayam Rp 8.000. “ Untuk ikan mas, tergantung besarnya, kalau ukuran ½ kg, 15 ribu, kalau 7 ons, 20 ribu”, imbuhnya.Untuk satu keluarga, beranggota 4 orang, Rp 100 ribu, sudah cukup untuk mengenyangkan perut anda di tempat ini.

Pepes Jambal disini, bukanlah ikan jambal roti yang sudah diasinkan, Jambal disini adalah jambal tawar segar. Pepes-pepes ini terbungkus rapi dengan daun pisang, dan disajikan hangat-hangat, aroma harum bumbu pepes dan daun pisang sungguh mengundang selera. Nasinya ada yang disajikan dengan dibungkus daun pisang, ada juga yang disajikan dalam bakul bamboo.

Sempat melongok dapur H Dirja yang terletak di belakang pendopo, Semua pepes dimasak secara tradisonal dengan kayu bakar. Pepes-pepes yang sudah dibumbui dan dibungkus daun dibakar di atas panggangan yang lumayan besar dengan api yang menyala.

Bagian depan Rumah makan H. Dirja berbentuk Pendopo, bagian kiri untuk lesehan dan bagian kanan dengan meja dan kursi biasa. Kapasitasnya mencapai 200 pengunjung. Ternyata tak hanya di bagian depan kita juga bisa menikmatai aneka masakan ini di saung-saung yang dibangun di kebun bagian belakang pendopo. Bagi yang membawa kendaraan dan rombongan keluarga, tempat ini sangat cocok, anda bisa memarkir kendaraan masuk kedalam kebun, dan makan di saung-saung yang tersedia. Lahan kebun yang cukup luas, bisa dijadikan area untuk anak-anak bermain-main.

Selain H. Dirja, tak jauh dari Bendungan Walahar, sekitar 400 meter ke kiri dari pertigaan arah Bendungan, juga ada Rumah makan Pepes yang tak kalah ramainya, namanya Pepes H. Emin. Tempat ini bersebelahan dengan cabang H. Dirja namun, di tempat ini H. Emin terlihat lebih unggul dari segi jumlah pengunjung.

Jika berniat bermalam di Karawang ada beberapa Hotel dan penginapan yang bisa anda pilih sesuai budget dan fasilitas yang diinginkan dari yang kelas melati 2 seperti Hotel Dewi di Jl. Kertabumi dengan room rate berkisar antara Rp 80-150 ribu hingga bintang tiga, seperti Hotel Bestin, atau jika ingin menginap tak jauh dari Walahar, Hotel Grand Pangestu di Jl. Raya Kosambi bisa jadi pilihan Roomrate nya antara Rp 80-190 ribu.



Rabu, 05 Agustus 2009

Menggoyang Lidah di Karawang

Selain sebagai daerah lumbung padi, Karawang juga dikenal dengan Goyangannya.

Ada yang tak kalah Asoy.. dengan goyang Karawang. Pecak Gurame di Pemancingan Mang Ajo, Samjori milik Restoran Alam Sari, Soto Gempol, Nasi Tangkar di Jl. Dewi Sartika, Chinese Food di RM Cahaya Baru, Pepes Jambal di Bendungan Walahar, hingga Sorabi Hijau di Rengasdengklok, dijamin mampu membuat lidah anda bergoyang.

Menelusuri tempat makan enak di Karawang, bisa diawali sejak kita keluar dari pintu tol Karawang Barat, karena sebagian besar bus dari Jakarta ke Karawang keluar dari pintu ini. Selepas keluar pintu tol, di Jl Raya Tarumanegara, Interchange, Karawang Barat, banyak berdiri retoran-restoran besar, antara lain Lebak Sari Indah, Telaga, Restoran dan Pemancingan Mang Ajo, dan Restoran Alam Sari .

Restoran dan Pemancingan Mang Ajo

Letaknya cukup strategis sekitar 2 km dari pintu tol Karawang Barat, tempatnya tak terlihat dari luar karena terhalang rimbunnya pohon yang mengelilinginya. namun karena sudah cukup terkenal tempat ini mudah dicari, apalagi saat hari libur, parkiran mobil di depannya selalu penuh.

Rumah makan dan pemancingan yang buka dari jam 8 pagi hingga jam 9 malam ini dikelilingi 5 kolam pemancingan lengkap dengan saungnya. Tempat ini cukup nyaman bagi anda yang ingin bersantai bersama keluarga. Karena, di areal seluas kurang lebih 3 haktar ini, Selain Restoran dan kolam pemancingan juga dilengkap juga dengan arena bermain untuk anak-anak .

Untuk menu makanannya, Mang Ajo juga menyediakan berbagai menu istimewa berbahan ikan.antara lain ikan bakar, goreng dan pecak dari jenis ikan gurame, nila, dan emas. Yang paling banyak dipesan pelanggan adalah ikan pecaknya yang khas. Tak seperti pecak gurame ala betawi yang berbumbu kompleks dan gurih dengan santan, pecak ikan ala Mang Ajo, rasa bumbunya lebih sederhana, namun tak kalah istimewa. Menu lain yang banyak dipesan adalah Karedok yang khas dengan bumbu kencurnya. Sementara untuk minuman, Es Kelapa Muda dan Es jeruk segar masih jadi Favorit.

Kisaran harga untuk menu ikan disini berkisar antara Rp 35-50 ribu. Sementara bagi Anda yang datang berombongan dapat memilih paket yang disediakan dengan harga sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 170 ribu.

Restoran Alam Sari

Tempat lain yang bisa dikunjungi di kawasan ini adalah Restoran Alam Sari. Letaknya kurang lebih 5 Km dari gerbang tol Karawang Barat tak jauh dari gerbang komplek Resinda, atau kurang lebih 3 Km dari Pemancingan Mang Ajo. Restoran Alam Sari dari depan terlihat megah, karena bagian depannya merupakan gedung serba guna yang disewakan untuk berbagai acara, sementara Restorannya terletak di gedung bagian belakang, dan saung-saung yang dibangun di belakang gedung tersebut.

Menu yang ditawarakan sangat beragam, dari masakan pasundan, Chinese Food, hingga European Food. Menu andalan yang paling banyak dipesan adalah Nasi Kabeuleum, dan Samjori. Nasi Kabeuleum adalah nasi goreng berisi telur dan potongan bakso yang dibungkus dengan daun seperti nasi timbel kemudian dibakar, lauk pelengkapnya ada teri medan, tahu dan tempe goreng, emping dan selada untuk lalapan.

Sementara yang dimaksud dengan Samjori, adalah Sambal Hijau Teri plus Pete yang istimewa. Samjori bisa disajikan dengan ayam, ataupun ikan. “ Jadi ada ayam Samjori, atau ikan Samjori”, ungkap salah satu karyawannya. Satu kata yang paling sesuai untuk mengomentari rasa ayam atau ikan berbumbu Samjori “ Mantap”. Citarasa khas pasundan, segar, pedas, asin dan gurih, berminyak dengan aroma petai yang menggoda.

Menu lain yang diandalkan Alam sari adalah Ayam Api, yang penyajiannya sangat atraktif. Ayam saus caramel dengan kacang mede, dan irisan bawang Bombay ini, disajikan dengan wadah berlapis aluminium foil, aluminium foil juga membungkus isi menu ini, dan dialasi dengan piring keramik yang disekitarnya ditaburi semacam bubuk yang mudah terbakar. Saat disajikan api masih berkobar-kobar, begitu api mulai mati, aluminium foil yang menutup menu dibuka, nampaklah ayam dengan saus caramel yang masih panas, terlihat begitu menggoda.

Untuk minumannya, ada Mojang Karawang, yang terbuat dari Sari Kelapa, Sekuteng, Nanas, Selasih, Ketan Hitam, Alpukat, Kelapa Muda dan sirup Coco Pandan. Warna-warni dan menyegarkan. Range harga di restoran Alam Sari berkisar antara Rp 15-100 ribu.

Soto Gempol


Terus masuk dari arah Interchangge Karawang Barat, sampai di Fly Over anda bisa berbelok ke kiri kearah Jl. Rangga Gede. Sekitar 200 meter dari kolong Fly over, ada RM Soto Gempol. Soto Gempol ini mirip dengan Soto Betawi yang bersantan, dengan topping emping, taburan bawang goreng, dan irisan daun bawang. Untuk isinya sedikit berbeda karena Soto Gempol ada tiga pilihan isi, Ayam, Daging atau Babat.

RM Cahaya Baru

Masuk ke kota Karawang, jika naik kedaraan umum, biasanya turun di pertigaan Johar, dan masuk ke pusat kota dengan angkot atau becak. Di jalan Tuparev, Karawang ada beberapa tempat makan yang bisa anda kunjungi antara lain RM Aman di Jl. Tuparev 46, dan RM Cahaya Baru di Jl Tuparev No 228. Kedua rumah makan ini menawarkan menu-menu Chinese Food.

Menu andalan di RM Cahaya Baru adalah Babi Hong. “ Orang dari luar kota, kalau kesini yang dicari itu, Babi Hong, itu daging babi yang proses masaknya cukup lama, karea harus di tim, digoreng lalu dimasak kecap dengan jamur hyoko”, Ungkap Lilis Suwati, generasi kedua pemilik rumah makan ini. Selain Babi Hong menu istimewa tempat ini adalah Cah Haysom, Cah Juhi, dan Gurame Bumbu Tausi. Cah Haysom adalah Teripang yang dimasak Cah dengan Rebung dan Sawi putih, seporsi Cah Haysom dijual dengan harga Rp 100 ribu. Sedangkan untuk Gurame bumbu tausi dengan berat ikan 8 ons dijual seharga Rp 80 ribu.

Suasana Malam di Kota Karawang

Saat malam menjelang, terutama saat malam minggu, keramaian kota Karawang, terpusat di Alun-alun kota, Gor Panathayuda, sekitar Mall, dan bioskop Karawang Theatre di Jl. Tuparev. Alun-alun kota karawang tiap akhir pekan selalu dipadati warga karawang. Tempat ini dipenuhi oleh pedagang makanan seperti Martabak, Bakso, Pecel Lele, Sate Ayam, Ayam Bakar hingga Sate Maranggi, banyak juga pedagang baju, aksesoris, hingga kaos kaki, serta permainan anak-anak dari pancing-pancingan di kolam dari balon berisi udara, hingga mobil-mobilan yang bisa dinaiki anak-anak.

Sementara di sekitar Gor Panathayuda, pada bagian outdoor gor, muda-mudi karawang banyak melakukan aktifitas olahraga seperti Basket dan Volley, hingga malam hari. Muda-mudi yang sekedar nongkrong di sekitar Gor juga cukup banyak.

Nasi Tangkar

Selain tempat-tempat diatas, jika mencari tempat makan di malam hari, Jl. Dewi Sartika adalah salah satu pilihan. Di Jalan ini banyak pedagang kaki lima yang ramai pengunjung. Yang paling khas adalah Nasi Tangkar, yang terletak di pojokan simpangan Jl Dewi Sartika, kearah Jl. Tuparev, tak jauh dari Dewi Bakery Cake n Snack, yang juga terlihat banyak pengunjung. Ada tiga warung nasi Tangkar berjejer disana, Nasi Tangkar H. Ini, Endi, dan Mang Nean. Nasi Tangkar Mang Nean adalah satu-satunya yang buka juga pada siang hari.

Nasi Tangkar ala Karawang ini adalah Nasi putih biasa yang disajikan dengan Soto Tangkar yang mirip dengan Soto Tangkar Betawi, dengan kuah santan pekat berminyak, dan isi daging tetelan, namun tanpa tulang.

Selain Nasi Tangkar, di sekitar jalan ini juga ada pedagang Ayam Bakar dan Tahu Bumbu Sari Rasa Mang Edo. Tahu bumbu adalah nama khas Karawang untuk sajian sederhana tahu goreng yang disiram dengan bumbu sambal kacang tanah dan kecap. Menu seperti juga banyak ditemui di Kuningan Jawa Barat, disajikan dengan ketupat dan biasa disebut Hucap(tahu kecap), atau Kupat Tahu.

Sorabi Hijau Rengasdengklok

Untuk jajanan, Sorabi Hijau Pak Kasim, Rengasdenglok saat ini adalah yang paling terkenal di Kabupaten Karawang. Namun letaknya cukup jauh dari pusat kota Karawang, terletak di kecamatan Rengasdengklok, yang terkenal dengan peristiwa sejarah penculikan Bung Karno, oleh para pemuda sebelum proklamasi.

Untuk sampai di tempat ini, dari pusat kota anda bisa menuju ke terminal Tanjungpura, lalu berbelok ke kanan, kearah Rengasdengklok. Jika menggunakan angkutan umum, anda bisa naik mini bus dari Johar kearah Cikarang, turun di Tanjungpura, kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkot sekitar 17 km kearah Rengasdengklok.

Yang membedakan Sorabi Hijau Pak Kasim, dengan Serabi atau Surabi lain adalah warnanya yang hijau, karena menggunakan daun suji asli. Selain itu adonan intinya juga ternyata selain tepung beras, dicampur dengan tepung ketan. Hasil pembakaran Sorabi juga tidak terlalu menghitam, adan saat dibelah, teksturnya mirip martabak yang berlubang-lubang. Sorabi ini disajikan dengan saus gula merah, yang legit dan gurih, atau saus gula merah yang diberi durian sehingga rasa dan aromanya lebih menarik. Saus inilah yag membuatnya makin istimewa.

Selain itu Pak Kasim juga tetap pakai kayu bakar, dan kayu bakar yang bagus adalah kayu Pete Cina atau Lamtoro dan Kayu Jambu air, karena urat kayunya lurus, mudah ditata dan dipotong, panasnya bagus, serta tidak banyak berasap, sehingga sorabinya juga tak terlalu bau asap.

Daftar Tempat Makan Enak di Karawang

Restoran dan Pemancingan Mang Ajo

Jl. Interchange Karawang Barat

Telp. (0267) 644153 (kantin) atau 644155 (rumah)

Harga : Rp 35-50 ribu

Buka jam : 8.00-21.00

RM Alam Sari
Jalan Raya Tarumanagara (Interchange), Karawang Barat
0267 401555, 401789

Jl. Raya Tuparev 250 B Karawang

Telp. 0267-414588

Menu Favorit : Ayam dan ikan Samjori, Ayam Api

Harga : Rp 15-70 ribu

Jam Buka : 9.00-22.00

Soto Gempol Raya
Jl. Rangga Gede 33, Karawang
0267 404005

Menu andalan : Soto Daging dan Soto Ayam

Harga : Rp 18.000

Jam buka : 9.00-22.00

RM Cahaya Baru
Jl. Tuparev 228, Karawang
0267 401028

Menu Andalan : Babi Hong, Cah Haysom, Sapi Lada Hitam, Gurami Tausi

Harga : 15-100 ribu

Jam buka : 10.00-22.00

RM Aman
Jl. Tuparev 48, Karawang
0267 403171

Menu Andalan : Chinese food

Harga : Rp 15-100 ribu

Jam buka : 10.00-22.00

Nasi Tangkar Mang Nean
Jl. Dewi Sartika, Karawang

Menu : Nasi Tangkar

Harga : Rp 12.000

Jam buka : 10.00-22.30

RM Pepes Jambal Walahar H. Dirdja
Bendungan Walahar, Klari, Karawang Timur
Telp.
0813 99663071

Menu Favorit : Pepes Jambal,Pepes ayam, Ayam Bakar

Harga : Rp 4.000-50.000

Buka : 8.00-21.00

Pepes Walahar H. Emin

Bendungan Walahar, Klari, Karawang Timur

Telp. 081213146096

Menu Favorit : Aneka Pepes

Harga : Rp 4-15 ribu

Jma buka : 8.00-21.00

Sorabi Hijau Rengasdengklok, Karawang

Telp. (0267) 480776

Menu : Serabi Hijau, saus gula durian.

Harga : Rp. 3.000

Buka : 7.00-20.00