Jumat, 07 Agustus 2009

Mbah Surip dan Media Massa yang Berlebihan


Bahwasanya Mbah Surip adalah seorang seniman yang patut diberi apresiasi, sebagian besar orang pasti setuju. Cukup lama berkelana dan berkarya di beberapa komunitas seni, pentas dari panggung ke panggung dalam skala kecil, di komunitas, kampus, hingga kelurahan. Baru beberapa bulan terakhir popularitas beliau naik pesat, setelah lagunya “Tak Gendong”, direkam ulang dengan irama regae, dan dibuatkan video klip. Sebuah lagu yang dulu saat saya masih kuliah sekitar tahun 2001-2002, pernah saya dengar saat beliau manggung di kampus Lenteng Agung.

Meninggal dalam puncak popularitas, tanpa diawali adanya berita tentang sakitnya Mbah Surip, membuat banyak orang terkejut, dan tentunya menarik untuk diberitakan. Tak ayal, media massa nasional berbondong-bondong memberitakan hal ini. Namun tidakah anda merasa berita soal Mbah Surip jadi berlebihan…..?

Hari selasa, saat mbah surip dikabarkan meninggal dunia, pesawat Tv di kantor langsung dapat perhatian lebih dari semua penghuni kantor, tak kecuali saya. Status Facebook teman-teman tiba2 banyak yang mengatakan “ Selamat jalan Mbah Surip”. Seluruh stasiun TV pun memberitakannya tiada henti, tentu bisa dipahami alasanya. Hari itu kebetulan di kantor, rekan-rekan yang bergerak di media hiburan, dan gaya hidup, tengah masuk deadline, karena ada kabar baru, pasukan pun segera dikerahkan, space sebuah rubric tetap harus mengalah, dan teman-teman Layout pun harus menunggu laporan tentang Mbah Surip selesai di tulis. Ok, bagus kita tidak kalah up to date.

Hari berikutnya, di rumah dari pagi buta hingga tengah malam, di TV berita soal Mbah Surip tak kunjung berhenti, lama-lama jadi bikin bosan juga….ditambah lagi, banyak media yang mencoba mengambil sisi lain dari berita meninggalnya Mbah Surip, sisi yang paling banyak disoroti adalah Uang hasil karya Mbah Surip. Gawatnya, sepertinya karena berlomba jadi yang paling cepat dan ekslusif, media jadi tidak sempat menyaring dan memperoleh data yang benar.

Hasil penjualan RBT yang dilansir banyak media adalah 4,5 Milyar, namun ada juga yang mengatakan 8,2 M, dari mana angka tersebut, kenapa bedanya jauh banget, entahlah.. Seorang rekan yang memang secara dadakan diminta liputan dan menulis soal Mbah Surip, sepertinya mencoba memperkaya tulisannya dari data-data sekunder yang didapat dari internet, dan menuliskan hasil penjualan RBT Mbah Surip mencapai 8,2 M, tanpa dijelaskan dari mana data tersebut, hanya “kabarnya”, bagian kecil tulisan yang jadi pengaya itu dianggap hal paling menarik dan diangkat jadi judul besar.

Di televisi, TV One mencoba menghadirkan pengamat musik Bens Leo, Menurut Bens, jika dihitung dari harga jual RBT tentu sangat besar, tapi setelah dibagi-bagi hak masing-masing puhak dari penjualan RBT tersebut, sang artis kira-kira menerima sekitar Rp 300,perdownload, dan biasanya dibayar per 3 bulan. Soal angka yang diperoleh Mbah Surip, tentu harus ditanyakan ke pihak label, yang memperoleh laporan dari provider.

Sebuah stasiun televisi lain mengambil pihak Falcon Record sebagai nara sumber, menurut pihak Falcon Record, Nilai penjualan RBT Mbah Surip hanya sekitar 1 M.
Media juga, terlalu tergesa saat menceritakan masa lalu Mbah Surip, ada yang mengatakan pernah kerja di berbagai bidang di luar negeri, tapi sumber yang lain membantahnya. Sah-sah saja memang, tapi bukankah lebuh bagus keterangan yang berbeda ini disajikan bersamaan, atau dicari tau kebenarannya dengan klarifikasi ke berbagai pihak yang kenal baik Mbah Surip. Bukan satu media bilang demikian, lalu media yang lain bilang tidak.

Soal rambut Gimbal, Tony Q, rastafara dari komunitas bulungan, ketika diwwancara sebuah stasiun TV, bilang Mbah Surip mulai bergaya Regae dan gimbal belum begitu lama (memang benar kalao soal musik dan aransemen baru lagunya, tapi tidak rambutnya). Tapi teman Mbah Surip yang lain dari komunitas Pasar Seni Ancol mengatakan Ia yang membuat rambut Mbah Surip gimbal sejak tahun 96 an.

Perkembangan pemberitaan Mbah Surip selanjutnya makin lebar, dari soal pemakanam keluarga dari Mojokerto yang cepat pulang ke Mojokerto (ini sempat membuat putra Mbah Surip Marah, karena keluarga besarnya terganggu awak media), tahlilan di Tebet, beberapa komunitas di berbagai daerah yang membuat acara mengenang Mbah Surip, bahkan ada yang beritakan soal Hantu Mbah Surip yang katanya muncul, wakakakakak…. Makin aneh dan ngawur saja..

Tak hanya berita, dan Infotainment, berbagai acara TV yang live maupun tapping di televisi kita selalu bertema Mbah Surip.., semua pengisi acara yang hadir ditanya soal Mbah Surip, bahkan artis muda dari Malaysia,Daffi, yang mungkin baru tau sedikit Mbah Surip juga ditanya komentarnya. Semua Infotainment, meminta pendapat artis soal Mbah Surip,…, sama seperti saat Michael Jackson meninggal, lagu tak gendong tak henti berkumandang melatari pemberitaan-pemberitaan tersebut.., tawa ha…ha… haa.. I love u Full, jadi makin sering ditirukan. Semua mengenang Mbah Surip dengan tertawa.., mungkin acara-acara seperti ini laku dijual, ternyata kematian juga telah menjadi komoditi yang bisa dijual.


Tadi malam, 6 Agustus 2009, sastrawan dan budayawan WS Rendra, juga dikabarkan meninggal dunia. Hal ini saya pikir juga akan segera mendapat perhatian media, dan mengalahkan pemberitaan soal Mbah Surip, karena Rendra jauh lebih lama dikenal public dariada Mbah Surip. Ternyata tak sepenenuhnya benar, pemberitaan soal kematian Rendra memang jadi perhatian media, namun tak sebesar Mbah Surip, hari ini semua acara Infotainment masih bertema Mbah Surip, yang beberapa diantaranya sudah ditambah dengan berita Rendra, atau sekedar dihubung-hubungkan, karena Mbah Surip dimakamkan di dekat rumah Rendra. Tapi tak apalah, semoga kematian WS Rendra lebih dikenang dan diapresiasi karyanya secara wajar, tapi tidak dijadikan komoditi untuk dijual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar