Jumat, 07 Agustus 2009

Menikmati Kesederhanaan yang Memikat di Subang

Wilayah kabupaten subang secara geografis membentang dari kawasan dataran tinggi, hingga ke pesisir, hal ini membuat Subang kaya akan pesona alam. Tak hanya itu, pesona kuliner Subang juga tak kalah memikat. Menu-menu khas Pasundan seperti Ayam Kampung Goreng, Karedok, Leuncah , Pepes atau aneka olahan ikan air tawar seperti Ikan Mas, Nila, dan Gurame Bakar, yang disajikan sederhana di tempat yang juga sederhana seperti RM Mang Yeye, dan RM Nangka . Sop Ikan Gurame yang hangat dan segar di Sangkuriang Resto, ataupun sajian Etong Bakar dari Ma’ Pinah di kawasan pesisir Pantura, adalah beberapa menu yang wajib anda coba saat bertandang ke Subang.

Rm Mang Yeye

Seperti halnya di Purwakarta, Pengusaha rumah makan di Subang, terutama yang terletak di Jl.Utama yang menuju Bandung, banyak merasakan dampak dari pengoperasian jalan Tol Cipularang yang menyingkat akses jalan dari Jakarta ke Bandung. Namun hal tersebut nampaknya tak berlaku bagi RM Mang Yeye, milik H. Yahya RM. Mang Yeye terletak di lintasan jalan raya Kalijati–Subang, Rumah makan dengan luas 1000 m2 ini mampu menampung sekitar 250 orang pengunjung. Rumah makan ini banyak dikunjungi oleh tamu yang tak hanya dari Subang tapi juga dari luar kota, karena letaknya memang berada di jalur utama yang menghubungkan Subang dengan Purwakarta dan Cikampek, kendaraan dari Jakarta yang akan menuju subang biasa melewati tempat ini.

Letak RM Mang Yeye yang mipir sawah, memang membuatnya menjadi tempat peristirahatan yang menarik karena suasananya yang nyaman, dengan semilir angin sawah yang bebas menyapu ke tempatmakan berbentuk saunng semi terbuka. Menu yang di tawarkan Mang Yeye cukup banyak, ada Sate, Gurame Bakar, Pepes dan menu yang jadi andalan adalah Ayam Goreng, dan Karedok, serta minumannya Es Kelapa Muda.

Ayam Goreng Mang Yeye, tampil biasa saja digoreng tidak terlalu kering dan disajikan dengan sambal lalapan biasa yang terbuat dari tomat, cabe rawit, bawang, gula, garam, dan sedikit penyedap. Dalam sehari rata-rata Mang Yeye membutuhkan 100-150 ekor ayam kampung dan meningkat 200-250 ekor saat akhir pecan.

Ketika ditanya apa keistimewaan Ayam Gorengnya sehingga begitu laku, Pak Yahya juga mengaku tidak tahu. “ Mungkin karena asli ayam kampong semua, bumbu-bumbunya juga alami semua, numbuk sendiri, sama sekali tidak pakai bumbu instant”, ungkap bu Yahya. Menurutnya, proses pengolahanya pun biasa saja, bumbu berupa Lengkuas, Kunyit, Jahe, Ketumbar, Bawang Putih, Asam Jawa, Gula dan Garam dihaluskan lalu direbus, setelah mendidih masukkan ayam yang telah dipotong dan dibersihkan, diungkep bersama hingga matang.

Karedoknyapun biasa saja, sama seperti Karedok pada umumnya, bumbunya kencur, cabe rawit, bawang putih, dan kacang tanah yang diulek dengan isi Kol, Kacang Panjang, Toge, dan Timun Mentah. “ Dari dulu Karedok mah, yah begitu saja bumbu dan isinya, dan kita juga baru olah saat ada yang pesan”, ungkap H. Yahya. Satu menu lagi yang banyak diminati disini adalah Pepes Belut, namun sayangnya pasokan belut sering

Sulit didapat saat musim panas, sehingga menu ini seringkali tak banyak tersedia.

Keaslian dan kesederhanaan nampaknya yang jadi kekuatan RM Mang Yeye. “ Dulu saya cuma jualan Karedok saja sama Es Kelapa di pinggir jalan, Alhamdullilah sekarang bisa berkembang seperti ini”, ungkap Pak Yahya. Saat menambah menu, Pak Yahya juga mengaku tidak berani menawarkan sesuatu yang tidak Ia kuasai. “ Kita bikin yang kita tahu dan kita bisa, Ayam Goreng seperti yang biasa kita masak di rumah, Gurame kalau di tempat lain ada asam manis dan sebagainya, disini cuma Gurame Bakar biasa, karena saya nggak bisa masak yang macam-macam” ungkapnya.

Ketika ditanya berapa rata-rata jumlah pengunjung perhari, Pak Yahya mengaku tak pernah menghitungnya, namun ia memperkirakan sekitar 400 orang saat akhir pekan. “ Kalau satu orang kita rata-rata habiskan 20 ribu, berarti sehari-semalam bisa 400 orang, karena omset saya siang sampai sore saja sekitar 5 juta, belum yang malam”, ungkap Yahya. Rumah makan ini memang buka 24 jam, namun saat malam hari menu-menu segar biasanya sudah tidak ada. “ Kalau malam paling ada ayam goring, sama pepes”, ujarnya.

RM Nangka.

Kesederhanaan serupa akan kita temui di RM Nangka yang terletak di pinggir jalan Subang kearah Bandung, persisnya di Desa Cijambe RT 24/6, Kampung Lempar, Kecamatan Cijambe, Subang.

Sejak pukul 8 pagi, rumah makan ini sudah buka, dan makin siang makin ramai dikunjungi pembeli. Rumah Makan Nangka ini sangat sederhana. Hampir seluruh bangunannya terbuat dari kayu-kayu bambu. Suasana asri dan bersahaja bisa kita temukan di tempat ini. Posisi rumah makan yang berada disisi tebing, sehingga dari bagian belakang RM ini, kita bisa melihat pemandangan alam kearah bawah.

Yang unik dari tempat ini, adalah bagian dapur terletak di bawah tempat makan, menjorok ke tebing, dan untuk menaikkan menu yang disiapkan di bawah ataupun membawa piring kotor dari atas untuk dicuci di bawah, digunakan semacam lift sederhana yang dibuat dari mesin pompa air yang rusak yang direnovasi sedemikian rupa, sederhana dan unik.

Penyajian menu-menunya disajikan secara prasmanan (buffet). Ditengah ruangan dari rumah makan tersebut, disediakan etalase yang terbuat dari kaca dan kayu yang didalamnya berisi aneka macam menu. Menu yang tersedia antara lain, nasi timbel, nasi bakar, aneka pepes mulai ikan nila, ayam, dan tahu, ikan baker, ayam baker, empal, tahu, tempe hingga buntil tersedia disana, tak ketinggalan pula sayur asem nan segar. Pembeli yang ingin menikmati menu yang mereka inginkan, tinggal mengambilnya saja.

Beberapa menu seperti Karedok dan Sate, baru dibuat saat ada yang memesan, oleh karyawan yang mengenakan busana khas pasundan ala Kabayan dan Nyi Iteung. Menu yang favorit disini menurut H. Anda, salah seorang pemilik tempat ini, adalah Ikan Nila Bakar, dan Nasi Bakar. Nasi Bakarnya dibungkus daun pisang memanjang seperti timbel dan lontong. Warna nasinya agak kehijauan. Rasanyanya pun beda. gurih seperti nasi uduk, ditambah aroma dari daun pisang yang terbakar membuatnya makin memikat.

Untuk menemaninya anda bisa memilih sambal kacang yang dicampur dengan ikan teri. Rasanya pedas dan sedikit manis. Anda juga bisa mejajal Pepes Ikan Nila, Tahu atau Ayam. Pun harganya sangat tidak terlalu mahal. Pepes Tahu sepotong harganya hanya Rp 2.500. Yang tak kalah menarik adalah Ikan Nila Bakarnya, ikan nila yang digunakan paling besar hanya berukuran setelapak tangan, meski demikian rasanya cukup istimewa apalagi ketika dicampurkan dengan Sambal Jahe dan Kecap dan sedikit Jeruk Nipis.

Dari arah kota Subang, sebelum RM Mang Yeye, ada juga tempat yang menarik untuk dikunjungi, yakni Lembah Gunung Kujang, di Jl Raya Gunung Tua, Cijmabe KM 8. Tempat ini adalah kompleks wisata pemancingan terpadu yang dilengkapi restoran, penginapan ekslusif dan ruang serba guna.

Jalur Subang-Ciater-Lembang ini dapat ditempuh dengan kendaraan umum jenis Elf jurusan Subang-Bandung. Di sepanjang jalur ini, anda bisa menikmati panorama yang indah dan udara yang sejuk, beberapa rumah makan besar seperti RM Abah masih menampakkan sisa-sisa kejayaannya saat jalur ini masih jadi jalur utama yang jadi pilihan kearah Bandung, sebelum ada Tol Cipularang.

Sangkuriang Resto

Pada KM 11, Ada satu tempat yang layak anda Singgahi untuk di jalur ini, yaitu Sangkuriang Resto, yang mengususng tagline “Ahlinya Sup Ikan Subang”. Tempatnya sangat nyaman untuk beristirahat, berbentuk saung-saung dan terletak di tepi sawah dengan pemandangan bukit-bukit di belakangnya.

Menu yang ditawarkan cukup beragam ada Sup Ikan Gurame, Nila dan Ikan Mas. Ada juga Sup Ayam, Daging, Buntut, Hingga Sup Jagung Ayam dan Kepiting. Selain Ikan Mas, Gurame, dan Nila juga ditawarkan dengan pilihan olahan Bakar, Bumbu Cobek, Acar Kuning Asam Manis dan Goreng Renyah Pedas. Ada juga macam-macam olahan dari Ayam, serta Seafood Udang dan Cumi.

Dari aneka menu yang ditwarkan, sesuai Tagline nya, Sangkuriang Resto menagandalkan Sup Ikan. Menurut Erwin Saleh, Manager Operasional Sangkuriang Resto, tempat ini sajian utamanya memang mengandalkan olahan ikan, karena menurutnya Ikan air tawar di Subang punya banyak keistimewaan “ Rasanya beda, dengan ikan dari waduk seperti Jatiluhur, dan Cirata, ikan di Subang dikembangkan dalam air deras, sehingga tidak bau lumpur”, ungkapnya.

Ikan yang dikembangkan dalam air deras ini bentuk tubuhnya cenderung lebih memanjang karena banyak bergerak, sedangakan ikan yang dikembangkan di air diam cenderung lebih pendek. “ Kami juga tidak pernah menyimpan ikan dalam Refrigerator, kami sediakan kolam khusus untuk ikan hidup, dan baru diambil dan diolah saat ada pesanan, jadi dijamin fresh”, imbuhnya.

Sup ikan yang paling diminati adalah Sup ikan Gurame dan Nila, karena dua jenis ikan ini tidak banyak duri halus di tubuhnya, tidak seperti Ikan Mas. Yang istimewa dari Sup Ikan disini adalah menggunakan Kecombrang, atau biasa disebut Honje oleh masyarakat setempat. Kecombrang adalah sejenis tumbuhan semak yang tingginya mencapai 5 meter. Buahnya mirip nanas, berujung runcing dan keras kulit luarnya. Rasnya asam, segar dengan sedikit aroma khas seperti Jahe. Penggunaan Kecombrang membuat Sup Ikan terasa lebih segar dan hangat.

Jika ingin sesuatu yang crispy untuk melengkapi, Ikan Balita kecil-kecil yang digoreng kering dengan cocolan tomat bisa jadi pilihan. Gurame Acar Kuning yang gurih juga bisa jadi pilihan yang patut dicoba. Selain menunya yang istimewa, tempat ini juga menawarkan suasana yang nyaman, selain pemandangan dan udaranya, suara gemiricik air, dan kolam-kolam berisi ikan-ikan besar yang sangat jinak dan bisa disentuh sambil diberi makan, merupakan hiburan tersendiri bagi pengunjung. Sangkuriang Resto juga menyediakan jasa pijat dari seorang pemijat tuna netra, dan fasilitas Hot Spot Wi-fi.

Jika di kawasan dataran tinggi Subang, menu berbasis ikan air tawar paling banyak ditawarkan, di Kawasan Pesisir Subang yang berbatasan dengan Indramayu, Seafood khas Pantura seperti Etong Bakar jadi menu Favoritnya. Etong adalah sejenis ikan ayam-ayam berkulit keras namun memiliki daging yang lembut dan nikmat, kulitnya yang keras bisa dikelupas untuk mendpatkan dagingnya saja, salah satu Rumah Makan yang terkenal mengusung menu ini adalah Ma’ Pinah, yang cabangnya juga ada di Jl. Kapten Tendean, Jakarta.

Jajanan Malam di Kota Subang

Kota Subang , adalah kota kecil, yang pusat keramaiannya, ada di sekitar alun-alun kota, sekitar gedung Wisma Karya, dan Pujasera di Jl. Letjen Suprapto. Di sekitar Gedung Wisma Karya ini, saat dikunjungi Info Kuliner tengah ada pameran Flora, yang terlihat antusias disambut warga kota kecil ini. Disekitar tempat ini kita bisa temui, ibu-ibu pedagang Ketan Bakar yang tak berjualan menetap. Ketan Bakar ini disajikan dengan Sambal Oncom.

Yang disebut kawasan Pujasera di Subang ternyata hanya sebutan untuk komplek ruko yang di belakangnya ada pasar. Dulu katanya tempat ini memang dicanangkan menjadi pusat jajan serba ada, namun pada perkembangannya menjadi sepeti itu. Meski demikian Jl. Letjen Suprapto, depan Pujasera ini tiap malam memang selalu ramai oleh pedagang kaki lima, dari nasi uduk, Martabak, Sate, Bubur ayam, hingga Bandrek Susu.

Beberapa yang terkenal dan laris adalah, Martabak yang dijual diatas Mobil bak, Bubur ayam Panglejar dan Ayam Panggang di depan kantor Pegadaian, Bandrek Susu dan beberapa pedagang Nasi Uduk di deretannya, serta Sate Pesisir, yang menjual Sate dan Sop daging Sapi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar